Other

Kuliah : Dulu, Sekarang, dan Nanti

Mahasiswa, secara suku kata, tersusun dari dua kata : maha dan siswa. Berarti, mahasiswa adalah orang yang maha akan status kesiswaannya. Banyak orang sangat menantikan masa-masa saat menjadi mahasiswa, khususnya anak-anak yang duduk di bangku SMA. Menurut mereka, kehidupan perkuliahan sangat menarik. Hidup yang bebas, tidak terlalu banyak aturan. Jam mata kuliah yang lebih fleksibel, sehingga tidak harus selalu berangkat pagi pulang sore. Dan yang paling terasa perbedaan antara SMA dan kuliah adalah pelajaran yang lebih terfokus, sehingga cukup mengambil jurusan yang diminati.

“I’m going to college. I don’t care if it ruins my career. I’d rather be smart than a movie star.” ― Natalie Portman.

Tapi, mengapa tidak sedikit orang yang tetap mengeluh tentang kehidupannya walaupun sudah menyandang status sebagai mahasiswa? Banyak faktor yang menyebabkan berbagai macam keluhan di perkuliahan. Dengan sekian banyak keluhan tersebut, dapat mengurangi tingkat produktivitas mahasiswa. Mahasiswa jadi cenderung hidup apa adanya. Orang tidak terfokus dalam apa yang dia kerjakan dan apa yang akan dia kerjakan. Sehingga hidupnya berlangsung biasa-biasa saja. Tidak terjadi begitu banyak breakthrough dalam hidupnya.

59531371

Pada saat menjalani kehidupan perkuliahan sebagai mahasiswa semester dua, ada satu fenomena sosial yang muncul di lingkungan kampus, yaitu terbentuknya satu genk mahasiswa yang suka uring-uringan tiap hari dan punya hobby kumpul bareng yang kerjaannya tidak lain adalah mengeluh. Ya, mengeluh sepanjang hari tentang kuliahnya ngobosenin, dosen X galak, tugas banyak sekali, quiz dadakan, ujian sebentar lagi, dsb. Lucunya, ternyata genk semacam ini kerap muncul di hampir setiap jurusan. Kalo boleh dinamain, mungkin paling gampangnya genk ini disebut “Genk Mahasiswa Galaw Karena Salah Jurusan”.

“If you are born poor its not your mistake, But if you die poor its your mistake.” ― Bill Gates

Tidak sedikit orang menyalahi nasibnya “Kenapa sih aku lahir di keluarga yang begini? Kenapa aku gak lahir di keluarga yang kaya aja? Kenapa sih nilai sekolah aku jelek? Aku rasa hidupku biasa-biasa aja. Kok gak ada sesuatu yang ‘waw’ ya di hidupku. Atau aku memang ditakdirkan selamanya hidup begini-begini aja?”  dan lusinan pertanyaan yang diawali “Kenapa?” dan yang lebih parah lagi, kalau orang tersebut membanding-bandingkan hidupnya dengan orang lain.

“Don’t compare yourself with anyone in this world… if you do so, you are insulting yourself.” ― Bill Gates

Terus, faktor-faktor apa sih yang menjadi poin-poin penting dalam menjalani kehidupan perkuliahan? Berikut uraiannya, dilansir dari artikel ini.

1. Pastikan kamu tau apa yang akan kamu hadapi dan tau betul konsekuensinya

djxl7

Ada satu pertanyaan yang sangat konvensional dan ditujukan kepada anak kecil “Kamu kalau sudah besar, mau jadi apa?”. Menurut artikel ini, ada sebuah riset di LinkedIn, 30,3% orang saat ini memiliki pekerjaan yang sesuai atau berhubungan dengan cita-cita di masa kecilnya. Sedangkan 34,1% lainnya masih bermimpi memiliki pekerjaan yang diinginkan ketika masa kanak-kanak. Survei yang dilakukan kepada 8.000 orang di seluruh dunia tersebut memberikan hasil bahwa pekerjaan impian yang diinginkan anak laki-laki adalah pilot, insinyur, atlet, dan guru olahraga. Sedangkan bagi anak perempuan adalah guru, penulis, dokter, perawat, dan penyanyi. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pekerja yang tidak mempunyai cita-cita di masa kecil cenderung merasa tertarik pada bidang tertentu saat beranjak dewasa. 17% responden mengatakan pekerjaan impiannya sulit dan mahal untuk diraih. Sedangkan 12,8% memutuskan untuk memilih pekerjaan yang lebih menguntungkan secara finansial

Sebagai contoh buat kalian yang kuliah di kedokteran, pastikan kalo kalian tuh bisa tahan bedah-bedah mayat yang udah kondisinya udah gak karuan karena udah meninggal berbulan-bulan dan cuma diawetin sama formalin, pastikan juga kalian rela kuliah lebih lama daripada temen-temen kalian yang milih jurusan lain dan siap mengabdi ke daerah pedalaman sebagai syarat profesi selama kurang lebih 2 tahun, pastikan kalian masih harus belajar keras di tahun keempat buat dapet gelar Sarjana Kedokteran (belum jadi dokter lho!)… Sementara temen-temen kalian yang di jurusan lain udah kerja di perusahaan multinasional, merintis bisnis sendiri, keterima beasiswa kuliah S2 di luar negeri, dan menapaki karir jadi artis ibukota, dsb.

2. Jangan pernah memilih jurusan karena alasan finansial dan prospek kerja

fa5

Pertanyaan klasik yang biasanya ditanyain anak yang mau milih jurusan adalah “Eh kamu kuliah di jurusan apa namanya? Elektronika dan Instrumentasi? Apaan itu? Baru denger. Kerjanya ngapain? Gajinya lumayan gak?”

Ya memang sih uang itu penting, segala-galanya butuh uang, tapi uang bukan segala-galanya. Siapa juga yang gak mau jadi orang kaya yang sukses dan punya kebebasan finansial. Biasanya nih, faktor ini juga yang jadi pertimbangan orangtua yang pengen anaknya bisa nyaman dengan hidupnya, ya salah satu cara paling simpel ya memang dengan jadi orang kaya. Jadinya gak jarang ada orangtua yang mengambil peran cukup besar dalam keputusan milih jurusan anaknya. Yah wajar sih, namanya juga (biasanya sih) mereka yang bayarin duit kuliah kita.

Pendapatku, yang namanya esensi pendidikan itu bukan lagi untuk mempersiapkan diri di dunia kerja supaya bisa cari duit yang banyak dan jadi orang kaya. Mungkin pandangan ini memang masih relevan di jaman orangtua kita dulu yang mana belom banyak ada kesempatan. Tapi sekarang? Kita udah sampai di jaman dimana kita bisa jadi apapun yang kita mau asal kita cukup niat buat memperjuangkan hal itu. Pendidikan itu untuk mengembangkan semua potensi dan kapasitas intelektual kita untuk bisa berkembang sesuai dengan apa yang bener-bener kita inginkan. Pendidikan membuat kita bisa melihat masalah di sekeliling kitadengan cara yang lebih tepat, dan membuat lo bisa menyelesaikan hal itu dengan cara yang paling efisien, dan kalaukita emang bener-bener menikmati proses belajar itu dan menjadi expert dalam bidang itu, percaya deh kalo urusan duit itu gak akan ke mana. Akan jauh lebih mudah untuk mencari celah untuk selalu bisa dapet peluang, kalo kita menikmati bidang yang kita tekuni – daripada lo kuliah di jurusan yang bergengsi tapi ujung-ujungnya jadi masuk genk mahasiswa salah jurusan yang cuma bisa mengeluh dan kuliah dengan setengah hati.

“Pursue excellence, and success will follow.” ― Rancho, 3 Idiots

3. Jangan memilih jurusan (hanya) berpatokan dengan pelajaran yang kalian kuasai atau sukai

Banyak sekali siswa yang mikirnya kalau pilih jurusan itu ya liat aja pelajaran apa yang paling disukai sama yang nilainya paling bagus. Well, emang di satu sisi bener sih, nilai pelajaran yang bagus atau kalian sukai, bisa jadi SALAH SATU indikator buat nentuin jurusan. Tapi jelas pelajaran di sekolah bukan tolak ukur yang paling tepat buat menentukan jurusan.

Ada dua alesannya, yang pertama : Karena bidang yang terbentang di hadapan kalian itu jauh lebih luas daripada cuma 13 mata pelajaran yang ada di sekolah. Jadi jangan cuman liat dari sudut pandang 13 mata pelajaran yang selama ini kalian pelajarin selama 12 tahun doang. Dan yang kedua : kalian akan kebingungan sendiri kalo kalian pake standar ukuran “pelajaran sekolah” buat melihat bidang yang kalian sukai. Mata pelajaran di sekolah memang bisa jadi SALAH SATU faktor pertimbangan buat kalian menentukan jurusn, tapi jangan jadi SATU-SATUnya hal yang kalian lihat dalam diri kalian.

BxQRRucIgAAqzED

Terus bagaimana dong cara memilih jurusan yang tepat?

“Pilih bidang yang membuat kalian tertantang. Pilih bidang yang bikin kalian penasaran sampai kalian rela buat ngulik itu siang-malem tanpa kenal waktu biar gak dibayar sekalipun. Pilih bidang yang tanpa disuruh pun kalian curi-curi waktu buat belajar sendiri, atau tanpa sadar suka cari-cari info di internet atau lewat google. Pilih jurusan memicu ‘sense of wonder’ dalam diri kalian. Pilih jurusan yang bener-bener jadi muara ilmu pengetahuan yang ingin kalian tekuni sampai akhir hayat kalian”

 

Kenapa sih kita perlu menekuni jurusan yang tepat? Karena lewat pendidikan, kita bisa berkontribusi bagi Indonesia, bahkan dunia, untuk Indonesia dan dunia menjadi yang lebih baik. Setelah kita lulus kuliah, kita akan dituntut berkontribusi bagi perkembangan dunia dari berbagai aspek. Jika kita tidak salah jurusan, itu dapat menjadi pemicu kita untuk berkembang dan meng-ekspresikan bidang studi kita demi Indonesia yang lebih baik.

“The only way to do great work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep looking. Don’t settle.” ― Steve Jobs

Author: Hermon Teguh Jay M

Recent Graduate from Universitas Gadjah Mada

4 Comments

Leave a Reply to rarawati Cancel reply

Your email address will not be published.